Ket Gambar: Foto Ilustrasi (Istimewa)
Padang | Antrian kendaraan yang akan mengisi bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi jenis bio solar di sejumlah SPBU di Kota Padang, Sumatra Barat (Sumbar) makin panjang.
Dari hasil pantauan awak media di lapangan di tiga SPBU, antrean yang didominasi truk atau kendaraan berat tersebut ada yang mencapai 1 km lebih, seperti di spbu coco mata air.
Di SPBU coco Mata Air, antrean truk telah mulai terjadi sejak siang. Padahal, sudah ada aturan bahwa pengisian bio solar atau solar bersubsidi hanya pada malam hari saja. Begitu juga di SPBU Tanjung Saba Pitameh Nan XX, antrean truk dan bus saling berebut mengisi bio solar.
Terlihat pemandangan yang sama juga terjadi di SPBU di Jalan Bypass dekat Semen Padang Hospital. Antrean truk dan bus hampir mencapai persimpangan jalan ke Kampus Unand.
Sementara itu, kendaraan pribadi yang antre pertalite tak separah antrean truk. Hanya, kendaraan roda dua yang terpantau makin panjang dari biasanya.
Menyikapi kondisi itu, PT Pertamina Patra Niaga Sumbagut berencana menambah kuota pertalite dan bio solar untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Sumatra Barat (Sumbar) hingga akhir tahun 2022.
Section Head Communication & Relation PT Pertamina Patra Niaga Regional Sumbagut, Agus Setiawan menjelaskan, penambahan kuota BBM bersubsidi ini sudah disepakati pemerintah pusat melalui BPH Migas sejak 1 Oktober 2022.
“Ada penambahan kuota di seluruh Indonesia termasuk untuk Sumatra Barat,” kata Agus dalam keterangan tertulis, Sabtu (29/10/2022).
Ia mengungkapkan, kuota pertalite untuk Sumbar sebelumnya 513.036 kiloliter dalam satu tahun, naik menjadi 693.357 kiloliter.
“Ada kenaikan sebesar 180.321 kiloliter atau sekitar 35 persen,” ungkap Agus.
Lebih jauh ia menyebutkan, untuk Sumbar rata-rata pendistribusian BBM pertalite sepanjang September 2022 sebesar 57.050 kiloliter. Ini artinya, Oktober hingga Desember 2022 proyeksi kebutuhan sekitar 175.000 kiloliter.
“Dengan kuota pertalite yang ditambah 180.321 kiloliter tentu akan sangat mencukupi hingga akhir tahun nanti,” kata dia.
Sementara bio solar pada awalnya kuota untuk Sumbar 407.879 kiloliter, mengalami kenaikan menjadi 495.001 kiloliter. Artinya terjadi kenaikan hingga 21 persen atau 87.122 kiloliter.
Agus menyebutkan kebutuhan Sumbar untuk bio solar ini di bulan September sekitar 57.050 kiloliter, sementara bio solar yang tersedia hingga akhir tahun 131.000 kiloliter.
”Kami melihat proyeksi kebutuhan hingga akhir tahun 2022 dengan asumsi kebutuhan sebulan 57.000 kiloliter, maka total kebutuhan hingga akhir tahun mencapai 145.000 kiloliter dan ketersediaan itu hanya 131.000 kiloliter. Artinya ada kekurangan sekitar 14.000 kiloliter,” kata dia.
Untuk distribusi pertalite rata-rata per hari dari Januari hingga Agustus 1.861 kiloliter dan bio solar 1.305 kilo liter, Dan rata-rata penyaluran harian di bulan September 2022 untuk pertalite 1.902 kiloliter per hari dan bio solar 1.580 kiloliter per hari.
Menurut Agus, kondisi ini yang coba disiasati agar kebutuhan yang ada sekarang dapat bertahan hingga akhir tahun dengan melakukan sosialisasi dan mengajak masyarakat mengonsumsi bahan bakar yang tepat.
“Kita sudah melihat sendiri dengan mata kepala bersama, di Sumbar masih banyak masyarakat menggunakan mobil mewah dan antre untuk mendapatkan BBM bersubsidi,” Pungkas Agus.
RLS